Kapan waktu kematian dan mengapa tidak tercium bau dari dalam rumah?

Dokter Spesialis Patologi Forensik di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Ade Firmansyah, mengatakan proses pembusukan mayat hingga menjadi skeletonisasi bergantung pada keberadaannya apakah di dalam ruangan atau luar ruangan.

Kemudian juga bergantung visit here pada lingkungan, suhu, kelembapan, termasuk hewan-hewan pengerat yang membantu proses pembusukan tersebut.

Termasuk kondisi si jenazah apakah memiliki riwayat penyakit atau tidak, berpakaian atau tidak, berlemak atau tidak.

Namun jika keberadaan mayat berada  di luar ruangan, ujarnya, setidaknya butuh waktu 1-3 bulan hingga menjadi rangka atau tulang belulang.

“Pembusukan pada mayat itu dimulai dari sel-sel tubuh yang terurai, mencair, dan menimbulkan gas… yang membantu proses itu semua adalah hewan-hewan pengerat seperti tikus, cacing, lalat…”

“Lalat akan bertelur di sana dan larva-larvanya menggerogoti jenazah.”

“Kalau di luar ruangan mungkin ada hewan anjing akan mempercepat proses itu,” imbuhnya kepada BBC News Indonesia, Jumat (02/08).

Tetapi apabila mayat tersebut berada di dalam ruangan tertutup, maka butuh waktu lebih dari tiga bulan.

Sebab pembusukan akan berjalan lebih lambat lantaran hewan-hewan yang mempercepat proses itu lebih sedikit atau mungkin tidak ada.

Dia mencontohkan kasus serupa yang terjadi di Kalideres, Jakarta Barat, pada 2022 lalu.

Kasus sekeluarga ditemukan tewas di dalam rumah dalam kondisi ‘mengering’ atau tinggal tulang dan kulit itu diperkirakan telah berlangsung selama sembilan bulan.

“Jadi tidak ada di literatur forensik manapun yang dalam ruangan [proses pembusukan hingga menjadi skeletonisasi] berapa lama.”

“Tapi kalau gambaran mayat [di Bandung] seperti Kalideres bisa ditarik kesamaan,” ungkapnya.

Kasus pembunuhan empat anak di Jagakarsa: Polisi dituduh lamban dan mengabaikan kasus-kasus KDRT
Viral penemuan lima mayat di Kampus Unpri Medan – Korban pembunuhan atau kadaver?
“Cuma harus dipahami skeletonisasi itu bukan berarti hanya tinggal satu tulang bersih, mungkin gambarannya beberapa jaringan lunak seperti otot-otot masih menempel… itu sudah disebut skeletonisasi dalam ilmu forensik.”

Ia juga menjelaskan bau pada mayat akan keluar dan tercium karena mengikuti aliran udara. Dalam beberapa kasus temuan mayat di dalam ruangan tertutup rapat, maka “bisa saja tidak keluar bau menyengat”.

“Makanya dilihat dulu tempat kejadian perkara, apakah betul-betul tertutup rapat atau tidak? Kalau ruangannya tertutup, pasti tidak tercium.”

Adapun untuk mengungkap penyebab kematian dari mayat berupa rangka, dokter forensik biasanya akan terlebih dahulu mencari apakah ada tanda-tanda kekerasan tumpul atau tajam pada tulang belulang tersebut.

Kalau ada, maka bakal didalami apakah tanda-tanda kekerasan itu terjadi sebelum kematian atau akibat dari hewan-hewan pengerat tadi.

Leave a Reply